Perkumpulan anak-anak bandel setelah 11 tahun (1999-2010) terpisah oleh jarak dan waktu,meski setiap hari terjadi pertengkaran,cek-cok,saling sindir,membuat kecewa,menangis,terluka,juga bahagia dan tertawa namun kita tetap satu,persahabatan yang tiada akan pernah berakhir sampai rambut memutih,sampai kulit mengeriput,pipi peyot dan gigi rontok bahkan sampai akhir hayat..(janjiku padamu..) semangat go!go!go!

Saturday 4 September 2010

***Tatapan Mata Itu … **

Pulpen di genggamanku masih kuketuk-ketukkan di meja dengan lirih, kebosanan untuk fokus pada pelajaran yang bagiku hampir seperti monster ini mulai menggelayutiku. Hufft… melihat kata MATEMATIKA saja, sudah membuatku pusing, apalagi mengikuti pelajarannya. Gurunya sebetulnya begitu baik, menyenangkan dan penjelasannya mudah dimengerti, aku saja yang agak ilfill dengan mapel yang satu ini. Perasaan dari jaman SMP rumus-rumusnya masih saling berkaitan, sambung menyambung,  bersodara kali ya,,.

Berhubung sejak awal aku nggak suka, maka semakin kesini rasanya semakin berat saja. Apalagi, terus terang saja nih,, mana mungkin Pak Guru mau mengulang rumus 2 tahun lalu, NO WAY! Padahal tanpa hafal rumus 2 tahun yang lalu, mana bisa aku memahami pelajaran yang sekarang.

Tulisan Sin, Cos, Tan, bla,,bla,,,di papan seperti menari-nari mengejekku. Aku benar-benar tidak paham dan tidak satupun pelajaran jam ini yang nyantol di kepala mungilku. Ah,,, itu kan urusan kecil, mau paham kek ,,, enggak kek bukannya ada sahabat terbaikku yang siap membantu kapan saja. Yup, Dwi, cowok berbadan tegap berkulit agak kehitaman yang selalu bercita-cita ingin jadi Polisi inilah yang selalu siap membantuku kapan saja untuk mengatasi monster pelajaran ini. Dan dia selalu dengan sabar dan baik hati memberikan kunci jawaban manakala tes. Meskipun, bukan berarti semua jawabanku bergantung kepadanya, aku tetap belajar kok, dan biasanya hanya soal-soal yang bagiku terasa benar-benar sulitlah yang pada akhirnya aku berharap memelas padanya. Sebaliknya, jika pelajaran Bahasa Inggris yang baginya bagai jamur kulit karena sangat membuatnya tidak nyaman ini, maka akulah teman terbaiknya yang siap berbagi kunci jawaban kapan saja. Bahkan ngga hanya buat dia seorang, tapi untuk seluruh kelas! Dan asal tahu saja, ini bukan sesuatu yang baru, karena bisa dipastikan tiap tes Bahasa Inggris maka kunci jawabanku selalu beredar ke seluruh ruang kelas, dan aku menjadi ‘Dewi Penyelamat’ (wuihhh....) bagi teman-teman sekelas. Lalu setelah tes usai dan kami keluar kelas, maka kulihat wajah-wajah sumringah teman-temanku dengan bertubi-tubi ucapan terimakasih. Hal ini bukan tidak terbukti, karena bahkan temanku yang sama sekali tidak bisa memahami pelajaran yang satu ini paling tidak bisa mendapatkan angkat 6 atau 7. Sebuah angka yang ‘lumayan’ untuk golongan yang phobia dan sama sekali anthipatic  satu mapel tertentu! Hal ini berlangsung untuk beberapa mata pelajaran lain seperti Akuntansi, Fisika, Kimia, Biologi, dll. Yang jelas, bukan si monster bernama MATEMATIKA!

** ah,,,udah dong Wik cerita narsisnya....”
**well, okay,,, kembali ke laptop!*

Mataku masih berasa malas melihat papan, dan pulpenku masih mengetuk meja lirih. Ah,, tak terasa sudah Jum’at, hari yang menyebalkan meskipun tinggal sehari lagi ketemu libur, horreeeee…

**Kenapa begitu sebel dengan Jum’at? Bukannya harusnya senang karena hari pendek?

Senang apanya??? Bagiku Jum’at ga lebih dari hari penyiksaan. Bayangin coba, sudah otak kami penuh dengan mata pelajaran, eh,,jam 13.00 kami masih diharuskan untuk berkumpul dijemur di lapangan di bawah terik matahari, untuk kegiatan yang namanya saja sudah bikin bibirku tersenyum kecut yaitu PRAMUKA!
Mending kalau senior yang tergabung dalam BANTARA itu ada yang cakep, atau paling ngga ada belas kasihan lah sama adik kelasnya, syukur-syukur ada yang naksir. Nah ini, bagiku mereka seperti harimau yang siap menerkam kami dengan cara dipanggang terlebih dahulu. Tak ada sesuatu yang menarik! Tak ada yang memperhatikanku! Apalagi menaruh hati padaku , (mimpi.. mimpi!!!).

Tettt…tett..teeeeeeettttt !!!!!!!!

Akhirnya bel tanpa pulang berbunyi. Syukurlah,,minimal ak bisa segera lari menghambur ke kantin untuk pesan es teh manis untuk membahasahi kerongkonganku segera. Belum juga Pak Guru menutup pelajaran, kulihat anak-anak sudah tidak fokus dan malah pada asyik berkemas-kemas dengan riuh ingin segera pulang. Apalagi kulihat anak-anak kelas lain sudah berhamburan keluar kelas. Asyyiiiiikkk ,,,,, welcome home!!!

** Eits, jangans senang dulu,,,

Sebelum Pak Guru keluar kelas, kulihat ada kakak senior satu cewek dan satu cowok sudah menunggu di depan pintu untuk diberi waktu memberikan pengumuman.

Oh Gosh!! What the he** they want to do, pikirku.
Bikin lama aja ,,, gerutuku dalam hati.
Keduanya lalu masuk, dan mengumumkan kalau nanti jam 13.00 Pramuka (satu kegiatan yang bagai monster cilik yang siap mengeringkan kulit, tenggorokan dan membuat kami semakin jelek) ini akan diadakan seperti biasa, oww..oww..ada tambahan lagi, bagi yang terlambat akan dihukum mengitari lapangan 3 kali, scottjump 20 kali, bla,,,bla,,, juga tidak boleh lupa untuk membuat namecard yang ditulis identitas kita dan dikalungkan di leher kita. Huffftt ,,, romusha hampir dimulai di jaman yang sudah merdeka ini.

Well, aku dan sahabatku Santi memutuskan untuk tetap tinggal di sekolah daripada pulang bolak balik dan hanya akan menyita waktu kami saja. Untung perlengkapan pramuka kami selalu kami tinggal di kelas, jadi kami tidak perlu bolak-balik pulang dan kebetulan siang ini di saku masih ada uang lebih, jadi masih bisa berburu makanan di kantin Bu Mul yang rame itu (sekalian ngecengin anak-anak yang masih malas-malasan untuk pulang, kali aja ada yang bisa ditaksir, weeee..pedhe amat ya), sekalian bisa pinjam kamar buat ganti baju, daripada harus di toilet yang super bau itu, lewat aja dah males kaleee...

Siiip,,, akhirnya kupesan semangkok soto dan segelas es teh dan kuambil beberapa gorengan untuk kami. Nyummi,,, what a delicious lunch! apapun rasanya, bagi kami nasi soto bu Mul tetap the best dan sangat lezat untuk mengganjal perut anak sekolah seperti kami. 
Okay, urusan perut teratasi. Klik!

Oh ya, berhubung Jum’at dan karena kita ngga pulang, maka mau ngga mau kami harus ikut Jum’atan di sekolah. Okelah, ngga masalah bagi kami…

Segera kuambil air wudhu di sebelah masjid. Brrrrrrrrr ,,,, dinginnya air yang mengguyur wajahku begitu menenangkan ,,, sejuuuk hingga mampu membasahi sampai relung hatiku. Selesai wudhu, kubasuh wajahku sekali lagi dengan air, rasanya adeeeeemmm… Selesai wudhu, aku siap melangkahkan kakiku hampir masuk masjid. Tanpa sadar, aku berpapasan dengan seorang cowok, yup seorang cowok kakak kelas (yang kelihatannya sih anak Bantara juga, koloni yang menjadi musuh bebuyutanku) yang kelihatannya sejak tadi memandangku dengan tatapan aneh.

Hmmm …. Kenapa ya? Perasaan ngga ada yang salah denganku, kupingku masih ditempatnya, kuraba bajuku juga ngga ada kancing yang kebuka, mataku juga masih dua, ah,,,sudahlah,,yang penting ga ada yang salah dari penampilanku. Ohhh,,, mungkin dia terpukau karena kelangsinganku (baca: kurus hahaha), iya,,, bisa jadi. Tapi kok dari tadi, dia masih ngeliatin terus sih?? Huhhh, kan jadi grogi nih…
Kutundakkan kepalaku sambil sesekali melirik ke arahnya yang ternyata masih belum melepaskan tatapan matanya ke arahku. Oh my Gosh… jangan-jangan dia sedang mencari ‘korban’ baru yang nanti akan dihukum dengan cari-cari kesalahan kali ya. Tapi kelihatannya sih, kalau dilihat dari wajahnya dia bukan tipikal itu deh, kayaknya sih anaknya baik, kayaknya lhoo… kalau dilihat dari sikapnya juga kayaknya anaknya kalem (huuuu……). Ah… ya sudah lah, cuek aja mau dia ngeliatin aku terus, mau dia ntar mau cari-cari kesalahanku, mau dia ntar mau menghukumku, itu urusan nanti ,,,
Eits… tapi lumayan manis juga sih keliatannya, apalagi untuk jomblo sepertiku, yah,,, daripada ngga ada gebetan sama sekali. Masak dah kelas 1 SMA tapi ga ada love story sama sekali sih,, hehehe

Anak-anak berhamburan keluar mushola dan berebut sandal setelah sholat Jum’at usai. Akupun bergegas untuk kembali ke kelas untuk menyiapkan keperluan Pramuka nanti. Kuayunkan langkahku setengah berlari, sedangkan Santi masih sibuk mencari-cari sepatu barunya yang ternyata keinjak-injak sepatu lainnya. Tiba-tiba, eits!!! hampir aja aku bertubrukan dengan cowok! Dia sibuk membenahi dasi pramukanya sambil berjalan ke arah kantor setengah terburu-buru  seperti aku. Ternyata cowok yang sama yang sejak tadi memperhatikan aku sehabis wudhu, kami jadi salah tingkah dan aku ngga bisa berkata apa-apa selain tanganku menunjuk ke arah kelasku sebagai isyarat bahwa aku mau ke kelasku sambil senyum salah tingkah. Ternyata diapun begitu, dia lebih salah tingkah dan bahkan hampir tidak berani menatapku. Kulihat dia merasa bersalah dan segera minta maaf.
Dah kumaafkan dari tadi sebelum kamu minta kok, pikirku. Aku hanya tersenyum dan menganggukkan kepala untuk permisi dan berlalu. Tujuh detik kemudian,,, aku menoleh ke arahnya dan kulihat dia masih memperhatikanku dari kejauhan sebelum akhirnya tatapan matanya hilang terhalang daun pintu kelasku. Jantungku berdesir manis, seeeerrrrr ,,,, bagai segelas es teh yang membasahi kerongkonganku.

“ Gila,,, nih sepatu baru jadi kayak gini nih, sebel deh gara2 keinjak-injak” gerutu santi, teman sebangkuku yang berwajah manis meski agak sedikit tambun dan berasal dari keluarga berada karena keluarganya secara turun temurun memiliki bisnis transportasi. “ Udah,, ngga papa, ntar bulan depan minta aja dibeliin lagi. Buruan sana pakai dasinya, topinya jangan lupa ya?” celotehku sambil melirik menggodanya.

“San, tau ga tadi aku hampir ditabrak cowok! Ntar deh kuliatin yang mana anaknya. Yang jelas dia juga Bantara, tapi kayaknya aku baru lihat ini dech, kemarin-kemarin kemana dia ya? Atau mungkin dia memang ngga pernah pegang kelompok kita.”
”Alah,,, palingan kamu juga yang nabrak dia, trus sok ngga sengaja gitu tuh” shanti malah menggodaku.
”Udah,,, ngga usah banyak komen, ntar liat anaknya dulu menurutmu oke ngga? Kalau menurutmu ngga oke, yah,,,ngga usah aja kalau gitu” (mangnya ngga usah apa, belum apa2 kok sudah keGe-Eran duluan, hellowww,,, wake up Dewi, who are you gal?” hihihi).

Di luar anak-anak sudah mulai menyiapkan diri untuk berbaris seperti biasa. Aku dan Santi buru-buru bergabung dengan kelompok kami. Santi mengedipkan matake arahku sambil melirik mengisyaratkan cowok mana yang hampir menabrakku tadi. Segera kusapu pandanganku ke sekilingku, ups!!!! Nah,,,itu dia cowoknya! Cowok yang ngga tinggi-tinggi amat tapi lumayan tegap! Hmm,,, manis juga! Hehe...

Kulirik Santi dan kuarahkan pandanganku ke arah cowok itu, hingga santi jadi sadar yang mana cowok yang kumaksud. Dia malah tersenyum-senyum kegirangan sendiri, mang aneh tuh anak. Kami berduapun tersenyum cekikikan di dalam barisan.

” Hei,, kalian berdua, siapa suruh kalian tertawa!”
” Kalian menertawakan saya?” Bentar kakak pembina kami, cewek berkulit sawo matang berambut panjang ekor kuda yang sedang pasang muka judesnya.
Kamipun diam seribu bahasa, dan aku cuma bisa menunduk dan melirik ke arah santi begitu juga santi yang langsung tutup mulut dan menundukkan kepala.

” Kalian berdua, keliling lapangan 2 kali dan tangan di belakang kepala. Mengerti!!!”
” Siap Kak! Laksanakan!!!!” sahut kami berdua kompak.

Alamak!!!! Baru juga cekikikan, sudah dihukum suruh keliling lapangan di bawah terik matahari yang sedang tinggi-tingginya ini? Oh no!!!!!! Gimana kalau kami tertawa atau yang lebih parah dari itu, ngelirik kakak pembina yang cakep misalnya (hehehe...).
Selain tengsin ma seluruh anak-anak dari kelas lain, tengsin juga kali ma kakak kelas, terutama yang satu itu tuh! Cowok yang tadi itu lho...

Ah,,bodho amat!! Terserah deh mau seluruh mata di lapangan ini melihat ke arah kami dan tertawa dalam hati atau justru kasihan pada kami, entahlah, cuek aja. Yang jelas, kami justru bisa sambil ngerumpi. Menggosip cowok yang tadi itu, justru dengan keliling lapangan seperti ini dan keluar barisan, aku jadi leluasa menunjukkan ke shanti yang mana cowoknya.

Seeeerrrr ..... dadaku kembali berdesir, saat tanpa sengaja tatapan mata kami kembali beradu dari kejauhan. Duuhh, malunya, pake dia ngelihat lagi! Ah,, bodho amat, entah dia kasihan atau malah justru menertawakan aku dalam hati kali ya ,,, bisa jadi dia pikir kami seperti dua ekor ayam yang lari-lari kepanasan karena mau disembelih pemiliknya.

Dua kali keliling lapangan, berarti dua kali pula aku lewat mendekat ke arahnya. Oh no! Dia masih curi-curi pandang di sela-sela memberi aba-aba berbaris pada kelompok yang dipandunya. Saat dia sudah jauh di belakang kamipun, santi bisik-bisik bahwa dia masih memandang ke arah kami.

Jum’at yang menyebalkan! Sekaligus melelahkan seperti biasa ,,,
Keliling lapangan, baris berbaris, sudah menguras energiku siang ini. Rasanya seluruh lemak dan tenaga tersedot matahari dan hanya menyisakan keringat dan capek luar biasa. Barisan kami dibubarkan oleh pembina kelompok, pertanda bahwa kegiatan Pramuka siang ini usai.

Kusapu peluh di dahiku, dan berjalan ke arah bawah pohon tempat dimana aku dan teman-teman menaruh tas perbekalan kami. Air mineral segera kuteguk untuk sedikit mengganti energi yang terkuras tadi.

Tiba-tiba kudengar suara cowok di belakangku ..
”Dik... maaf”
Kami semua segera berbalik dan menatap ke arah sumber suara tadi. Waduh... cowok yang tadi....mau ngapain ya????
” Maaf Dik .... emmmmm .... bisa bicara sebentar?” ujarnya menatap ke arahku.
Aku memandang teman2 di kiri kananku, untuk meyakinkan apakah aku yang dimaksud.
” Iya dik, saya ingin bicara sama kamu, sebentarrr aja”
Kudengar ehem..ehem..temen-temenku, padahal mereka sedang tidak serak atau batuk.

Aku tersenyum melirik ke teman-teman yang menggodaku, kuikuti langkah cowok itu. Cowok yang sama yang hampir menabrakku tadi. Kami berjalan ke bawah pohon, tidak begitu jauh dari teman-temanku tadi.

” Maaf dik, kita tadi belum kenalan. Aku Fathih”
” Oh...iya..iya..kak...” aku agak gugup sambil menerima uluran tangannya untuk berjabat tangan. Huuuft, padahal tanganku masih basah oleh keringat.
” Jangan panggil kak, panggil aja mas ,,, kan Pramuka dah selesai”
” Oh iya,, iya mas ... aku Dewi” aku masih  belum bisa menyembunyikan kegugupanku, padahal sejak kapan sih ak jadi cewek gugup begini, kayaknya jarang deh.. bahkan ketika guru menyindirku dengan kata ’sok pintar’ karena aku ketahuan memberi bocoran ke temanku sekalipun, ga ada kata gugup dalam kamusku. Beda dengan saat ini.

”Hmmm ... maafin tadi ya Wik,,, ak ngga sengaja hampir nubruk kamu. Kamu ngga papa kan? Tadi aku belum sempat minta maaf, kamunya dah ngeloyor pergi.”
” Oh..ngga apa2 kok mas, ngga papah ... ” aku masih agak setengah gugup menjawabnya, bingung mau ngomong apalagi.
”Tadi dihukum sama Niar ya...? kenapa?”
Aduuuuuh...pakai nanya itu lagi, kan tengsin bangeeeeetttt
Sambil malu-malu meong aku jawab ” I...iya nih, tadi ketahuan ngobrol ma temen. Akhirnya kami berdua dihukum”
“ tapi ngga papa kan?”
“ Ngga papa mas, kan malah sehat” hufft, boro2 sehat, ak sebeeeeelll, gondhok kali sama temenmu si Niar itu yang main hukum seenaknya, batinku.
“Lain kali jangan ngobrol dong kalau lagi disuruh baris, supaya ngga dihukum. Minggu depan masih dipegang Niar lagi ngga?”
“ Iya mas, sepertinya begitu...”
“ Ya udah, ntar coba ak ngomong ke dia untuk lebih lunak ke kalian. Tenang aja, dia temen sekelasku, pada dasarnya dia baik kok. Dia Cuma ingin nerapin kedisiplinan untuk adik2 kelas”
“ Iya mas, makasih. Ngga usah repot-repot, ntar aku malah yang jadi ngga enak”
Kulihat senyum manis menghiasi wajahnya di tengah kegugupanku. Senyum yang membuat adem jiwaku, lebih adem dari segelas es teh yang membasahi kerongkonganku tadi siang ...

Jum’at yang menyebalkan, sekaligus menyenangkan. Oh,,, semoga seluruh Jum’at akan selalu berakhir indah seperti ini.


** to be continued**
Minggu 29 August 2010, teras rumah 13.36 WIB
dewimusfikasanty@yahoo.com

1 comment:

  1. Waaaaa..bagus banget,,top..emang berbakat jadi penulis..kepadamu..Hormatku selalu,
    (terkagum-kagum)

    ReplyDelete